ANALISA GEMBEL #2: 4 SEHAT 5 SKENA!
Kreativitas sepertinya akan menjadi konsep yang tidak selesai dibahas oleh generasi selanjutnya. Ia berkembang dan tidak berpola. Mungkin, ketika nanti kita tua, apa yang ada di bayangan tentang masa depan akan jadi kenyataan. Bisa jadi nanti akan ada makanan dalam bentuk kapsul sehingga kita tidak perlu menghasbiskan waktu untuk makan. Kreativitas inilah yang dibutuhkan oleh industri kreatif dalam memenuhi kebutuhan pasar. Sebab, tanpa adanya kreativitas, industri kreatif hanya akan jadi industri.
Namun, sebelum membahas terntang masa depan industri kreatif, saya kira perlu memahami 4 sehat 5 sempuna dalam proses kreatif yang saya curi dari wawancara Oomleo, Narpati Awangga. Tidak pakem, tapi bisa jadi referensi. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada Oomleo, yang banyak mengubah pola pikir saya.
Baik, yang pertama adalah audio. Audio bisa mencakup banyak hal, misalnya siaran di radio, drama radio ala Warkop DKI, dan Podcast. Dalam dunia audio, kita mengenal adanya sebutan "Theater of Mind". Theater of Mind adalah bayangan yang hadir ketika kita mendengar seorang berbicara. Semakin kreatif dalam mengolah ide di bidang audio, semakin banyak imajinasi yang hadir di benak pendengar. Hal ini juga termasuk lagu. Tidak mungkin sebuah lagu bisa membuat seorang menangis jika sebuah lagu tidak membuat pendengar mengingat suatu kejadian. Misalkan lagu Depeche Mode - Somebody yang menurut saya pribadi bagus karena musik dan lirik yang dipadukan memaksa kita untuk membayangkan kejadian. Ada banyak hal yang membuat sebuah audio bisa membentuk Theater of Mind, salah satunya adalah keterkaitan antara cerita dan ingatan pendengar.
Hal kedua dalam dunia kreatif adalah Visual, Dalam hal ini, visual yang saya maksud bisa mencakup banyak hal, baik lukisan, kerajinan, patung, hingga fotografi. Hal-hal visual ini seharusnya bisa jd komoditi yang mengasyikkan untuk diperdalam. Mari kita lihat Bali, semoga kamu sebagai pembaca pernah menginjakkan kaki di sana walau hanya study tour SMA, sebagai salah satu tempat yang eksotis. Hampir sepanjang jalan di Bali selalu dihiasi dengan patung yang tidak ada yang jelek, tempat wisata yang bisa kalian jadikan objek fotografi, dan berbagai kerajinan dan lukisan yang layak dibawa pulang. Begitu besar energi visual yang ditunjukkan Bali dalam semua sektor.
Baik, kita lanjut ke bidang selanjutnya, yaitu Audio-Visual. Penggabungan audio dan visual ini dapat kita lihat dalam bentuk video klip, film, pentas teater, pentas tari, dan masih banyak lagi. Masih banyak yang bisa digali di bisang ini, salah satunya project teman saya yang mengkolaborasikan puisi, musik dan keaktoran secara bersamaan. Kalau penasaran bisa kalian lihat di sini. Mungkin saja setelah menonton dengan seksama akan ada "Wah, aku bisa nih yang kayak gini" dalam benak kalian.
Literasi menjadi hal ke empat menurut saya. Kenapa? Karena suatu hal yang sudah dibuat akan menjadi lebih dalam maknanya jika memiliki kemampuan literasi yang bagus. Itulah sebabnya pemerintah harusnya lebih giat menggalakkan literasi daripada revolusi industri 5.0 atau kartu-kartu yang tidak bisa dipahami masyatrakat kelas bawah. Literasi dalam hal ini adalah kemampuan dasar membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Ketika 4 hal tersebut sudah dikuasai, akan lebih mudah dalam berkarya karena punya banyak referensi. Bayangkan saja Eka Kurniawan menulis Cantik itu Luka tanpa banyak membaca, mungkin saja tidak akan sehebat itu. Atau, bagi yang tidak membaca Eka Kurniawan, bayangkan saja Joko Anwar ketika membuat film Janji Joni tidak punya banyak ilmu dan referensi sebelumnya, mungkin saja tidak akan semonumental itu filmnya.
Namun, yang menjadikan 4 sektor kesenian itu berkembang adalah support-system yang mendukung kerja kreatif. Dalam hal ini, support-system bisa kita sebut sebagai skena atau komunitas yang sejalan. Mungkin saja, musik tidak akan berkembang pesat tanpa pendengar yang membeli rilisan fisik dan mercandise, film akan selalu merugi jika tidak ada seorang yang berbondol-bondol ke bioskop untuk menonton, atau buku bagus tanpa pembaca yang setia membeli pasti tidak akan berkembang dan bisa saja mati. Support-system ini terkadang diremehkan oleh si seniman. "Saya berkarya ngikutin apa yang saya mau aja" tapi ketika karyanya tidak disukai langsung menuduh pasar yang seleranya rendah. Sungguh tidak tahu malu.
![]() |
| Launching album Agterplaas. |
Jadi, 5 hal itulah yang akan menjadi pilar yang harus berjalan beriringan dan saling mendukung. Jika masih berjalan sendiri dan tidak saling mendukung, jelas tidak akan berkembang. Jadi, mana yang lebih penting, berkarya yang bagus atau membentuk skena yang sehat?
Sudahlah, sepertinya saya sudah mulai nggelambyar. Terima kasih sudah membaca. Tabik.

Komentar
Posting Komentar